LAPORAN HASIL KLB KERACUNAN MAKANAN DI SDN 12 PALU KEL. SIRANINDI KEC. PALU BARAT KOTA PALU PEBRUARI 2011*

Pendahuluan

Latar  Belakang

Keracunan makanan (food poissoning) digunakan secara luas untuk semua penyakit yang disebabkan oleh masuknya makanan yang mengandung toksin. Pada penyakit yang diakibatkan oleh keracunan makanan, gejala yang terjadi tak lama setelah menelan bahan beracun bersama dengan makanan/minuman tersebut (Manik, 2003).

KLB penyakit akibat makanan dikenali dengan munculnya sejumlah penderita yang biasanya terjadi dalam waktu yang singkat dengan periode waktu yang sangat bervariasi (beberapa jam sampai dengan beberapa minggu) setelah mengkonsumsi sesuatu makanan, pada umumnya terjadi pada orang yang mengkonsumsi makanan bersama-sama. Ketepatan dan kecepatan dalam penanganan terhadap penderita dan kecepatan dalam melakukan pemeriksaan laboratorium merupakan hal yang paling penting untuk mendapatkan kepastian penyebab terjadinya keracunan tersebut (Chin, 2000).

Kejadian Luar Biasa keracunan makanan hingga saat ini masih sering  terjadi di Kota Palu.   Pada tahun 2010 telah terjadi 2 (dua ) kali KLB keracunan makanan.   Umumnya penyebab terjadinya KLB keracunan makanan tersebut yaitu rendahnya sanitasi tempat pengolahan makanan.

Pada tanggal  14 Pebruari 2011 telah diterima laporan  KLB  dari Puskesmas Kamonji yang melaporkan telah terjadi  Kejadian Luar Biasa Keracunan Makanan di SD Negeri 12 Palu  Kelurahan Siranindi Kecamatan Palu Barat Kota Palu, dengan jumlah kasus 8  orang  tanpa kematian (CFR 0,0 %).

Tujuan Penyelidikan 

Tujuan Umum

Untuk mengetahui besarnya masalah keracunan makanan dan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap Kejadian Luar Biasa , sehingga dapat dirumuskan saran untuk menghindari kejadian serupa.

Tujuan Khusus

  1. Memastikan diagnosis
  2. Menetapkan kepastian adanya KLB
  3. Mengidentifikasi makanan/minuman yang diduga menjadi penyebab KLB.
  4. Mengetahui karakteristik penderita kasus korban keracunan menurut orang (person), tempat (place) dan waktu (time)
  5. Mengetahui penyebab keracunan (causative agent) dan sumber dari penyebab (reservoir).
  6. Menentukan faktor-faktor yang mendukung terjadinya keracunan makanan (contributing factors)
  7. Menetapkan saran untuk mencegah terjadinya peristiwa serupa dikemudian hari.

Hasil  investigasi

Kronologis Kejadian

Pada hari kamis  tanggal  10 Pebruari  2011  di SD Negeri 12 Palu Kelurahan Siranindi, pukul 11.00 Wita ada pembagian makanan ringan  nestle milo (coco blezz) dari PT Pagasindo bagi siswa dan para guru di SD tersebut. Setengah  jam kemudian salah satu dari yang makan snack  merasakan pusing, mual, dan muntah dan beberapa jam selanjutnya disusul dengan keluhan yang hampir sama pada yang lain dan sampai pada pukul 16.00 Wita beberapa  yang makan snack  mengalami pusing, gejala mual, sakit perut, muntah, dan diare bahkan ada yang mengalami demam.  Satu orang rawat jalan di dokter praktek yang lainnya mencari pengobatan  masing-masing.  Hasil penyelidikan lebih lanjut diperoleh bahwa penderita yang rawat jalan  mengalami gejala yang paling banyak yaitu pusing, mual, muntah dan demam. Berdasarkan hasil  wawancara didapat jumlah yang sakit sebanyak 69 orang dari sekitar 416 jumlah siswa dan guru di SD Negeri 12 Palu yang mengkonsumsi snack milo.

Distribusi Kasus Berdasarkan  Gejala Klinis

Hasil penelusuran kasus didapatkan bahwa jumlah warga yang mengalami gejala keracunan  sebanyak 69 orang .

Tabel 1.Distribusi KLB Kasus Keracunan Makanan Menurut Gejala yang Ditemukan  Di SDN 12 Palu  Kecamatan Palu Barat Kota Palu –  Februari   2011

No
Gejala Jumlah %
1 Pusing 47 68,1
2 Mual 15 21,7
3 Muntah 7 10,1
4 Diare 6  8,7
5 Sakit Perut 43 62,3
6 Demam 1  1,4

N=       69   orang

Berdasarkan tabel 1 tersebut terlihat bahwa sebagian besar penderita mengalami gejala pusingl, sakit perut, dan mual ada pula yang disertai diare,muntah dan demam.

Adapun jumlah seluruh kasus yang mengalami gejala keracunan makanan adalah 69 orang tanpa kematian, dan 1 orang mendapat perawatan lanjut yaitu rawat jalan adalah anak yang mengalami deam, mual, muntah dan pusing.

Berdasarkan gambaran tersebut dapat diketahui bahwa  angka serangan kasus (Attack Rate/AR ) sebesar 16,6 %  dengan kematian (CFR) 0%.

Distribusi Kasus Berdasarkan Waktu dan Masa Inkubasi

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa penderita didapatkan bahwa  mulai makan  snack milo antara jam 11.00  s/d 12.30 , dan mulai  menunjukkan gelaja  antara  jam 11.30 s/d 16.00 setelah makan, dari keterangan tersebut diduga bahwa masa inkubasi terpendek ½ jam dan terpanjang 5 jam setelah makan, seperti terlihat pada grafik 1. dibawah ini :

Distribusi Kasus Berdasarkan Jenis Kelamin

KLB keracunan makanan di SDN 12  Kelurahan Siranindi dari 69 penderita terdapat 34 penderita berjenis kelamin laki-laki dan 35 penderita berjenis kelamin perempuan. Adapun jumlah kasus berdasarkan Jenis kelamin sbb:

 

Upaya Penanggulangan

Upaya –upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut :

  1. Pengobatan dan perawatn penderita yang dilakukan oleh Puskesmas Kamonji.
  2. Pencarian dan pelacakan kasus baru,
  3. Penganbilan dan pemeriksaan sampel makanan.
  4. Penyuluhan langsung tentang sanitasi dan pengamanan makanan kepada penyalur snack milo dan penjual jajanan di sekitar sekolah.
  5. Memberikan penyuluhan terhadap anak-anak sekolah tentang dampak dari makanan ringan /snack yang sudah kaduarsa.

 Kesimpulan

  • Telah terjadi Kejadian Luar Biasa KLB Keracunan Makanan  di  SDN 12 Palu Kelurahan Siranindi Kec. Palu Barat Kota Palu dengan (Attack Rate/AR ) sebesar 16,6 %  dengan kematian (CFR) 0%,  yang terjadi pada tanggal  10 Februari 2011.
  • Gejala yang muncul pada penderita sebagian besar adalah pusingl, sakit perut, dan mual ada pula yang disertai diare,muntah dan demam dengan masa inkubasi terpendek ½ jam dan terpanjang  5 jam.
  • Berdasarkan gejala dan masa inkubasi  keracunan makanan di SDN 12 Palu di duga  sebagai penyebab etiologi adalah Bacillus Cereus.

Saran

  • Inspeksi sanitasi pada tempat-tempat penjualan makanan dan minuman secara berkala oleh petugas sanitarian puskesmas.
  • Pemeriksaan sample makanan pada tempat-tempat penjual makanan dan minuman secara berkala oleh petugas sanitarian puskesmas.
  • Melakukan penyuluhan tentang bahaya makanan yang sudah kadaluarsa pada penjual makanan ringan atau jajanan.
  • Membudayakan prilaku hidup bersih dan sehat.***

*Oleh : Tim Investigasi

Post a comment or leave a trackback: Trackback URL.

Leave a comment